Penyakit Menular Seksual Sifilis: Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya
Jakarta, cepatNET.com – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) memberikan keterangan terbaru mengenai penyakit sifilis, dimana, sepanjang 5 tahun terakhir, terjadi peningkatan dari 12.000 kasus ke lebih dari 20.000 kasus.
Yang ironisnya lagi, hampir dari sebagian penderita sifilis tersebut adalah ibu hamil yang ditularkan langsung dari suaminya, pasalnya, sebanyak 25% ibu hamil yang juga menderita sifilis di Indonesia sedang dalam pengobatan, adapun, sisanya yang sebanyak 75% merupakan ibu hamil yang terinfeksi yang masih belum mendapatkan pengobatan dengan alasan malu.
Masih banyak orang yang kurang peduli terhadap penyakit sifilis ini, oleh sebab itu, untuk mengetahui lebih lanjut, simak artikel berikut ini.
Sifilis Adalah Penyakit Menular Seksual Dari Bakteri
Sifilis atau yang lazim disebut juga raja singa merupakan penyakit menular seksual (PMS) yang timbul akibat adanya infeksi bakteri Treponema pallidum, adapun, penularannya tersebut bermula dari hubungan seks oleh homoseksual atau heteroseksual (tetap memungkinkan terjadinya penularan meskipun oral dan anal), kontak langsung dengan penderita sifilis lain (menggunakan alat makan yang sama, memakai pakaian yang sama), atau ibu hamil yang menularkan kepada janin di dalam kandungan.
Penyakit sifilis jika tidak segera ditangani secara medis hanya akan semakin memperburuk kondisi kesehatan anggota luar dan dalam tubuh si penderitanya saja, adapun, tanda sifilis yang menginfeksi tubuh adalah adanya bercak merah yang gatal di sekitar penis, vagina, anus, rektum, sampai bibir dan mulut dalam.
Penularan sifilis rata-rata membutuhkan waktu 21 hari, dengan rentang 10 hingga 90 hari, pasalnya, semakin lama untuk ditangani, maka penularannya tersebut bisa menyebar ke bagian tubuh lain dengan tingkat keparahan yang bertahap.
Penyebab Sifilis
Bakteri sifilis menginfeksi pada tubuh melalui luka kecil, luka lecet, ruam, dan selaput lendir (Mulut, alat kelamin), adapun, resiko penularan sifilis tersebut disebabkan oleh tindakan dan gaya hidup seperti yang ada dibawah ini:
- Melakukan kontak seksual dengan berganti pasangan, baik itu dengan lawan atau sesama jenis kelamin.
- Melakukan kontak seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
- Kontak erat dengan penderita sifilis.
- Positif terinfeksi virus HIV.
Gejala SifilisĀ
Gejala sifilis terbagi menjadi 4 level dengan tanda-tanda serta rasa sakit yang berbeda: 1. Primer, 2. sekunder, 3. tersier, 4, neurosifilis.
1.Sifilis primer
Gejala pada tahap ini dapat diketahui dari tanda berupa luka seperti ruam atau bisul yang tidak nyeri, mengingat, terdapat gejala lain selain apa yang barusan disebutkan diatas, seperti:
- Pembengkakan kelenjar getah bening.
- Nyeri otot dan sendi.
- Demam.
- Kehilangan selera makan.
- Rambut rontok.
- Ada perubahan penglihatan.
Luka seperti bisul atau kutil tersebut dapat hilang dan sembuh dengan sendirinya dalam 3-6 minggu, jika penderita sifilis mendapatkan perawatan kesehatan, akan tetapi, jika sifilis ini tidak mendapatkan pengobatan, maka akan muncul gejala level sekunder.
2 Sifilis Sekunder
Pada sifilis sekunder, ruam atau bisul dengan tekstur seperti butiran kasar akan semakin menyebar pada kulit tanpa ada rasa nyeri, pasalnya, bukan hanya di area alat kelamin saja, tetapi dapat tumbuh di sekitar ketiak dan selangkangan, adapun, akan timbul juga efek lain seperti demam, nyeri sendi dan otot, pembengkakan kelenjar getah bening, mengingat, gejala sifilis yang semakin buruk membuat penderitanya kehilangan berat badan, rontok berlebih, dan sakit tenggorokan.
Gejala sifilis sekunder masih dapat sembuh jika mendapatkan penanganan, akan tetapi, jika tanda-tanda yang ditimbulkannya tersebut semakin parah, sangat mungkin berpotensi gejala sifilis tersier.
- Sifilis Tersier
Sifilis tersier merupakan pengembangan infeksi sifilis sekunder yang tidak diobati. Sehingga, gejala sifilis tersier menjadi lebih parah dan mempengaruhi anggota tubuh dalam seperti berikut:
- Kerusakan katup jantung; aneurisma.
- Gangguan sistem saraf pusat.
- Adanya tumor pada tulang, hati, dan sendi.
Sifilis ini juga berisiko pada pasien untuk mudah terkena komplikasi, seperti neurosifilis, okular sifilis, dan otosifilis.
- Neurosifilis, Ocular Sifilis, dan Otosifilis
Neurosifilis, ocular sifilis, dan otosifilis merupakan komplikasi dari sifilis yang telah menginfeksi lama akibat tidak adanya tindakan penyembuhan lebih lanjut.
- Neurosifilis menyerang sistem saraf pusat yang berpengaruh kepada koordinasi gerak dan kemampuan berpikir, adapun, gejala sifilis ini meliputi sakit kepala, lemah kerja otot dan sendi, kebingungan, demensia, hingga kelumpuhan.
- Okular sifilis berkaitan langsung dengan daya penglihatan yang menurun akibat sifilis, dengan gejala seperti bintik mengambang pada mata (Floaters), penglihatan kabur, hingga berdampak pada timbulnya kebutaan.
- Otosifilis adalah komplikasi sifilis yang menyerang kemampuan pendengaran, adapun, tanda-tanda penderita sifilis mengalami komplikasi ini adalah kehilangan keseimbangan, dengung di telinga, pusing, vertigo.
Apakah Sifilis Bisa Sembuh?
Sifilis tentunya dapat sembuh, apabila sejak adanya gejala awal segera mendapatkan penanganan langsung, dan salah satu obat yang dapat mengobati bakteri sifilis adalah antibiotik, yaitu penisilin yang disuntik ke tubuh pasien.
Pemberian penisilin berlaku bagi pasien sifilis dengan gejala awal hingga parah yang sudah mengalami komplikasi, akan tetapi, perbedaannya terdapat hanya pada dosis yang diberikan sesuai tingkatan gejala, adapun, pemberian penisilin tersebut berlaku juga bagi ibu hamil yang mengalami sifilis.
Apabila pasien memiliki alergi penisilin, tentunya pengobatan dapat menggunakan penisilin yang dikurangi, mengingat, efek samping dari penisilin sendiri adalah demam, sakit kepala, menggigil, mual, dan nyeri tubuh dalam kurun waktu lebih dari satu hari.
Selama pengobatan dan penyembuhan, pasien sifilis tidak dianjurkan untuk melakukan hubungan seksual hingga luka benar-benar sembuh, dan jangan lupa, bagi pasien sifilis juga diharapkan dapat melakukan tes HIV, karena penularan sifilis juga berpotensi besar pada HIV.
Segera periksakan ke dokter jika ada tanda sifilis
Penyakit sifilis atau raja singa menjadi penyakit menular seksual (PMS) yang perlu dihindari karena berdampak sangat besar bagi kesehatan luar dan dalam tubuh, adapun, seperti apa yang sudah dijelaskan diawal, bahwa cara mencegah sifilis adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang sifilis, atau melakukan aktivitas seksual tidak dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Jika kalian menemukan tanda-tanda ataupun gejala-gejala sifilis, ada baiknya kalian segera memeriksakan hal tersebut ke dokter kulit dan kelamin di rumah sakit terdekat di kota kalian.