Gado-Gado, Menu Tradisional yang Digemari Turis Mancanegara
Jakarta, cepatNET.com – Gado-Gado merupakan makanan olahan khas Betawi yang terdiri dari berbagai campuran sayuran, tempe, tahu, kentang, dan telur rebus yang disajikan dengan siraman bumbu kacang nan gurih, adapun sayuran yang digunakan antara lain kangkung, bayam, labu siam, kacang panjang, kubis, dan taoge, dan pastinya, tak lengkap jika menu tersebut disajikan tanpa campuran kerupuk, potongan lontong, ketupat, ataupun nasi putih sebagai topping atau sebagai teman pendamping makan menu tersebut.
Jika diperhatikan secara keseluruhan, tampilan gado-gado memiliki kemiripan dengan beberapa makanan khas dari daerah lain, seperti lotek (Jawa Barat dan Jawa Tengah) atau pecel (Jawa Timur), namun memiliki perbedaan yang terletak pada cara pengolahan bumbu utamanya, mengingat, bumbu kacang yang terdapat dalam olahan gado-gado tidak menggunakan kencur seperti lotek dan pecel, terlebih untuk isiannya, gado-gado tidak hanya menggunakan sayuran, tetapi menambahkan telur, tahu, tempe, dan kentang sebagai isiannya, sayangnya, untuk keberadaaannya sendiri tidak ada yang tahu persis asal-muasal gado-gado, adapun sebagian besar referensi bebas cenderung mengasosiasikan gado-gado sebagai hidangan asli Betawi.
Gado-gado bisa diartikan pula sebagai makanan olahan yang terdiri atas sayur-sayuran, kentang, tempe, tahu, telur rebus, dan lain-lain diberi bumbu sambal kacang dan sebagainya, dengan pengertian lain, gado-gado juga diartikan sebagai makanan olahan yang di ‘campur aduk, sehingga bentuknya menjadi tidak karuan’, namun tetap lezat untuk dinikmati.
Menurut salah satu sumber yang terpercaya, penemu sesungguhnya makanan olahan ini adalah masyarakat Kampung Tugu yang aslinya merupakan keturunan Portugis dari daerah Bangladesh, Sri Lanka, dan India, yang mana, pada abad ke-17, mereka diboyong VOC ke Batavia dari koloni-koloni bekas jajahan Portugis untuk dijadikan budak, yang lantas setelah itu mereka membangun kampung sendiri yang kemudian dimerdekakan dan disebut ‘Kaum Mardijkers’ yang berarti orang merdeka, dan di kampung yang kemudian disebut dengan sebutan Kampung Tugu itulah muncul kebudayaan dan tradisi sendiri, salah satunya tradisi kuliner gado-gado.
Sementara itu, ada versi lain yang juga menyebutkan, jika gado-gado merupakan makanan olahan keturunan Tionghoa dari pecel khas Jawa yang sangat disukai oleh Belanda saat itu, dan diperkirakan gado-gado telah lahir sejak awal abad 20-an dan Jakarta adalah tempat kelahirannya, tak hanya itu saja, beberapa pihak juga menganggap jika gado-gado merupakan sajian khas Betawi, dengan alasan yang cukup masuk akal pastinya, sebab, sekitar tahun 1940 hingga tahun 1950-an ada lagu yang sangat populer berjudul “Gado-Gado Betawi” yang sempat Hits pada saat itu.
Mengingat akan kepopulerannya, sehingga banyak orang dari luar yang mengenalnya sebagai salah satu daftar makanan tradisional Indonesia yang wajib dicoba saat mereka berkunjung ke Indonesia, itulah yang menjadi salah satu alasan Kementerian Pariwisata RI menobatkan gado-gado sebagai salah satu Makanan Nasional (National Food) Indonesia selain soto, rendang, sate dan nasi goreng di tahun 2018 lalu.
Gado-gado pun kini semakin mudah sekali untuk ditemukan di berbagai penjuru Kota Jakarta, mulai dari kaki lima dengan gerobak, restoran yang khusus menyajikan gado-gado, hingga restoran Indonesia berkelas yang menyajikan gado-gado secara eksklusif, adapun, setiap tempat memiliki menu gado-gado dengan keunggulan dan citarasa berbeda.
Terlepas dari mana asal-usulnya, gado-gado merupakan salah satu jenis makanan olahan yang mampu mengundang selera makan bagi siapapun.