Sungai Bengawan Solo, Sungai Terpanjang di Jawa yang Melintasi 12 Kabupaten
Jakarta, cepatNET.com – Sungai Bengawan Solo merupakan salah satu sungai terbesar dan terpanjang di Pulau Jawa, adapun, keberadaan dari sungai Bengawan Solo terletak di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan melintasi setidaknya 12 kota/kabupaten.
Sungai Bengawan Solo mengalirkan air dari daerah aliran sungai (DAS) sepanjang kurang lebih 16.100 km, adapun, aliran sungai Bengawan Solo itu sendiri dimulai dari Pegunungan Sewu di sebelah barat-selatan Surakarta, lalu ke laut Jawa di utara Surabaya melalui jalur sepanjang kurang lebih 600 km.
Secara etimologi, nama sungai Bengawan Solo (Sala) berasal dari dua kata yakni Bengawan yang artinya adalah sungai besar, dan untuk Solo-nya (seharusnya Sala) adalah nama sebuah desa di eks Karesidenan Surakarta, adapun, pemberian nama sungai Sala (Solo) menggunakan nama desa yang terkenal pada zaman kerajaan Pajang, yaitu desa Sala, yang kelak menjadi pusat kerajaan baru yaitu Surakarta.
Panjang sungai Bengawan Solo dari hulu hingga hilir adalah 548,53 kilometer. Pengukuran dilakukan dengan alat global positioning system (GPS). Selain itu, hasil ekspedisi Bengawan Solo Kompas 2007 menunjukkan bahwa sungai Bengawan Solo menjadi tumpuan penduduk yang berada di sekitarnya.
Ketergantungan sebagian besar masyarakat disekitar bantaran sungai Bengawan Solo itu mulai dari hulu di Desa Jeblogan, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah hingga ke hilir di Kecamatan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, setidaknya, ada 12 kabupaten/kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang langsung bergantung pada sungai tersebut. Ke-12 kabupaten / kota itu berturut-turut adalah Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Solo, Karanganyar, Sragen, Ngawi, Blora, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, dan Gresik.
Setidaknya, masyarakat di ke-12 kabupaten / kota itu bergantung pada Bengawan Solo dalam lima hal, yakni:
- Sebagai penyedia air minum dari skala rakyat, perusahaan daerah air minum, hingga industri oleh PT Petrokimia Gresik.
- Sebagai penyediaan air untuk pertanian, mulai dari skala kecil berupa dam-dam sederhana dan pompanisasi hingga dam raksasa seperti Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri, Bendung Colo di Sukoharjo, atau Bendung Gerak Kendal di Lamongan.
- Sebagai kegiatan pertambangan pasir dari yang diusahakan secara manual hingga secara masif menggunakan mesin penyedot berjalan.
- Sebagai sarana kegiatan transportasi dengan perahu.
- Sebagai kegiatan industri rumah tangga berupa batu bata.
Pembangunan infrastruktur SDA di WS Bengawan Solo telah dimulai pada abad ke-18 oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Pada saat itu, pemerintah Belanda membangun kanal Solo Vallei Werken dan sudetan Bengawan Solo dari Plangwot – Sidayu Lawas, namun terhenti karena alasan biaya. Pada 1880 guna menghindari sedimentasi di Pelabuhan Tanjung Perak, muara Sungai Bengawan Solo dialihkan dari Selat Madura ke Ujung Pangkah.
Kemudian, pada 1916 pemerintah Belanda membangun Waduk Prijetan di Kabupaten Lamongan dan pada 1935 membangun Waduk Pacal di Kabupaten Bojonegoro untuk keperluan irigasi. Setelah banjir besar pada 1966 yang menenggelamkan sebagian besar Kota Solo, Pemerintah mulai menangani pembangunan infrastruktur pengendali banjir Bengawan Solo. Dengan bantuan teknis Pemerintah Jepang (OTCA) pada tahun 1974, dirumuskan Master Plan Pengembangan Wilayah Sungai Bengawan Solo.
Master Plan WS Bengawan Solo (1974), antara lain merekomendasikan pembangunan empat waduk serbaguna, yakni Waduk Wonogiri, Waduk Jipang, Waduk Bendo dan Waduk Badegan. Master Plan juga merekomendasikan 25 lokasi waduk-waduk irigasi di anak-anak sungai Bengawan Solo yang potensial untuk dibangun.
Disamping itu, Master Plan merekomendasikan pekerjaan perbaikan dan pengaturan sungai Bengawan Solo Hulu ruas Nguter – Jurug, Kali Madiun ruas Catur– Kwadungan dan Bengawan Solo Hilir ruas Cepu – Tanjung Kepolo.
Waduk Serbaguna Wonogiri yang telah dibangun pada Tahun 1978-1981 telah berfungsi untuk pengendali banjir di wilayah Bengawan Solo Hulu, terutama untuk melindungi Kota Solo. Waduk tersebut juga berfungsi menyediakan air irigasi seluas kurang lebih 30.000 Ha di wilayah kabupaten-kabupaten Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Karanganyar dan Sragen. Waduk Wonogiri juga memberikan manfaat PLTA (12,4 MW), perikanan dan pariwisata. Demikian penjelasan singkat mengenai sejarah Sungai Bengawan Solo.