Properti

Tempurung Kelapa, Limbah yang Dapat Dijadikan Sebagai Bahan Baku Industri

Jakarta, cepatNET.com

Tempurung kelapa atau biasa disebut juga dengan batok kelapa tersebut memiliki berat kurang lebih antara 200-300 gram, sehingga, jika dihitung selama kurang lebih satu tahun, maka limbah tempurung kelapa yang dapat dihasilkan bisa mencapai kurang lebih 3,1 juta ton / tahun, berdasarkan jumlahnya tersebut, bisa dibilang, jika Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang sangat besar dari keberadaan limbah tempurung kelapa tersebut, akan tetapi, pemanfaatan dari keberadaan limbah tempurung kelapa atau batok kelapa di Indonesia masih sering dihadapkan dengan beragam macam kendala, sehingga potensinya belum dapat dimanfaatkan dengan baik.

Tempurung kelapa atau batok kelapa itu sendiri memiliki persentase kandungan air nya yang hanya mencapai kurang lebih 8%, yang mana, jika dihitung berdasarkan berat kering itu setara dengan 12% berat per butir kelapa, untuk memaksimalkan nilai ekonomi-nya, maka pengolahan limbah dari tempurung kelapa tersebut harus didasarkan pada proses pengolahan yang memaksimalkan sifat-sifatnya yang khas.

Adapun, yang merupakan produk-produk hasil dari olahan yang berasal dari limbah tempurung kelapa ini dapat berupa Bio-oil, liquid smoke (asap cair), karbon aktif, tepung tempurung, dan juga kerajinan tangan, yang mana, proses pengolahannya tersebut dapat berupa pemisahan, dekomposisi termokimia melalui proses pemanasan, penggilingan, dan pengolahan kerajinan tangan.

Bio-oil adalah tar atau merupakan cairan hasil kondensasi dari limbah biomassa, yang juga merupakan hasil dari penyulingan kandungan lignin yang terdapat di dalam tempurung kelapa tersebut, yang mana, tempurung atau batok kelapa itu sendiri tentunya memiliki sifat yang mudah dibakar, sangat asam dan korosif, memiliki viskositas tinggi, memiliki kandungan air yang cukup tinggi, adapun, Bio Oil memiliki kekurangan karena sifatnya yang bisa merusak atau menghancurkan zat lain, sehingga berpotensi dapat merusak benda lain, seperti halnya kompor, karena sifat viskositasnya (kekentalan) yang tinggi, sehingga membuatnya sulit untuk mengalir yang menyebabkan sumbu pada kompor tersebut menjadi lebih cepat terbakar,  Bio Oil sendiri dibuat melalui proses Pirolisa (proses dekomposisi kimia dengan menggunakan pemanasan tanpa oksigen).

Selain Bio-oil, hasil kondensasi produk destilasi kering lainnya adalah asap cair, komposisi asap cair terdiri atas: air (11-92%), fenol (2,8-9,5%), karbonil (2,6-4,0%) dan tar (1-7%), asap cair ini banyak digunakan di berbagai industri, antara lain industri pangan, perkebunan dan kayu.

Arang tempurung kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku di pabrik karbon aktif, industri briket, dan bisa juga digunakan sebagai bahan bakar langsung, adapun, arang tempurung kelapa ini telah pula diekspor ke berbagai negara, yang mana, selain digunakan sebagai bahan baku industri karbon aktif, pengusahaan lain dari pemanfaatan limbah tempurung kelapa tersebut adalah diekspor dalam bentuk briket (bahan bakar padat).

 

Tinggalkan Balasan