mengunjunginya dan yang paling mengesankan berkunjungnya waktu bulan ramadan berikut petikan kisahnya : Kisah nya terjadi tiga tahun yang lalu tepatnya, September 24, 2007. Saya dan dua rekan dari ITB, Doddy dan Gopal mengadakan acara buka puasa bersama di Dago Pakar. Buka puasa waktu itu tidak seperti yang biasa dilakukan oleh rekan muslim lainnya. Kami bertiga buka puasa sambil berolahraga. Ya dengan bersepeda-MTB (Mountain Bike). Kami pilih Dago Pakar karena rute yang ditempuh memang wilayah perbukitan, dari kota Bandung kira-kira 5- KM an ke arah utara. ***
Perjalanan dimulai setelah melaksanakan sholat ashar berjamaah di masjid Salman ITB, kira-kira pukul 4 sore. Rute yang ditempuh melewati Jl Ir H Juanda, tentu kami harus berhati-hati sebab tidak ada rute khusus tuk sepeda MTB. Keramaian kunjungan tamu-tamu week end di factory-factory outlet mewarnai rute ini, hingga kami berhenti sejenak di simpang lima dago karena adanya trafic light. Setelah lampu hijau menyala kembali kami kayuh sepeda hingga terpaksa kami kembali berhenti sejenak di sebuah toserba. Maklum logistik tuk buka belum disiapkan, hingga kami beli bahan-bahan tuk buka seperti minuman, roti dan kurma. Kembali dengan semangat juang yang tinggi kami kayuh sepeda walaupun tantangan terbesar mulai menghadang.
Cuaca nampak tak bersahabat, hujan rintik-rintik mulai temani kami. Yang kami syukuri hujan nya sebentar. Tantangan berikutnya kami hadapi kembali, jalan mulai menanjak melewati terminal dago hingga memasuki pintu gerbang wisata alam kawasan Dago Pakar. Akhirnya kami berhenti di pintu gerbang, sebab tuk masuk dikenai biaya. Salah satu dari kami bergerak ke arah petugas jaga sambil membayar biaya masuk Rp 3.000,- per orang pada penjaga.
Selanjutnya kami dapat memasuki kawasan dago pakar, track sepeda pavling block telah terlihat di depan kami. Hingga kami pun dapat menggenjot sepeda dengan optimal. Pohon-pohon pinus dan cemara terlihat di kiri kanan kami plus tonjolan-tonjolan bukit. Kebetulan sore itu nyaris gak banyak wisatawan yang berkunjung. Hingga dapat terus kayuh sepeda kami seperti atlit-atlit walaupun kadang istirahat, maklum kami juga harus jaga kondisi. Akhirnya kami berhenti di gua Belanda, yach goa itu benar-benar mengingatkan kami pada kisah “ASHABUL KAHFI”. Kami pun melewati goa itu, suasana gelap menemani kami dengan kayuhan sepeda perlahan-lahan tetap mantap kami kayuh. Akhirnya sampai juga di ujung goa.
*** Rute selanjutnya track naik terus, yach karena puasa kami bener-bener tak memaksakan diri. Hingga akhirnya kami berhenti memasuki wilayah perbatasan Dago Pakar-Maribaya. Perbatasan itu ditandai sebuah jembatan dengan sungai yang masih alami dibawahnya. Kembali kami istirahat plus diskusi sejenak sebab waktu buka tinggal beberapa menit lagi. Kemudian kami putuskan tuk kembali ke pintu gerbang dago pakar, karena waktu buka tinggal 25 menit lagi.Lalu kami bertiga kembali genjot sepeda dengan sisa-sisa tenaga. Track yang kami temui ternyata lebih mudah dibanding waktu berangkat, karena menurun semua. Sang mentari terlihat telah condong ke barat, tentu pertanda waktu tuk buka mulai terlihat.
Hal ini menyemangati kami tuk berlomba mengayuh sepeda dengan kecepatan tinggi. Kemudian lantunan adzan pun berkumandang, kami Alhamdulillah telah sampai di lokasi pintu masuk gerbang. Saat bebuka mulai kami jalani dengan membuka perbekalan logistik, dengan menu seadanya. Walaupun menu tuk buka ini sederhana sekali kami tetap menikmatinya
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Pesona Bukit Dago Pakar Bandung”, Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/iys/54ffcdd7813311ca60fa7093/pesona-bukit-dago-pakar-bandung
Kreator: Indriyatna Sugiyarta

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com